Wednesday, 24 June 2015

biografi iman Abu Daud


Nama lengkap Abi Daud, ialah sulayman bin al-Asy’as bin Ishaq bin Bisyri bin Syaddad bin ‘Amr bin ‘Imron al-Azdi al-Sijistani. Dia dilahirkan pada tahun 202 Hdan wafat dalam usia 73 tahun di Kota Bashrah. Ia dipandag sebagai sosok ulama yag memiliki tingkat hafalan dan pemahaman hadits cukup tinggi, disamping kepribadiannya yang wara’, taat beribadah dan sangat mendalam pemahaman agamanya.
Pengakuan ulama tentang keahliannya di bidang hadits sangat beralasan untuk menempatkan Abu Daud sebagai Imam Muhaddits –ahli hadits- yang besar dan terpercaya. Kesungguhannya dalam melacak hadits dapat dilihat dari perjalanannya menempuh jarak jauh dari Bashrah ke al-Jazair, Khurasah, Syam, Hijaz, Mesir dan lain-lainnya, juga usahanya menggali hadits dari Syakh-nya.
Menurut penilaian Ibnu Mandah, Abu Daud termasuk tokoh hadits yang berhasil menyaring hadits-hadits sehingga ia dapat memisahkan antara hadits yang sabit – atau tetap keabsahannya- dengan yang ma’lul – atau ada yang cacatnya- da antara yang benar dan yang keliru, di samping al-Bukhari, Muslim dan al-Nasa’i.
Berdasarkan biografi di atas, boleh dikatakan bahwa Abu Daud adalah tokoh yang penting dikalangan ahli hadits sebagai buktinya bahwa hadits-hadits yang ia riwayatkan dan himpunkan yang berjudul Sunan Abi Daud, diakui sebagai karya klasik yang menjadi pegangan para ulama hadits pada masa sesudahnya, terutama bagi pihak yang berminat mengadakan studi tentang hadits hukum (ahkam).
Dari segi metodologis, Abu Daud telah melakukan penyaringan dari sekitar  500.000 hadits atau sanad. Hadits penyaringan ini menghasilkan 4.800 hadits hukum, artinya hanya diambil kurag dari satu persen jumlah hadits yang dikumpulkan. Dari kenyataan ini memberikan petunjuk bahwa Abu Daud sangat teliti dalam menyaring hadits. Akan tetapi dalam banyak naskah yang diriwayatkan  oleh Ibn al-A’rabi Abu Sa’id Ahmad bin Muhammad bin Ziyad terdapat kekurangan tiga bagian –dalam hal ini istilahnya kitab- dibandingkan naskah lainya. Misalnya dalam askah riwayat Muhammad bin Ahmad bin ‘Amr al-Lu’lu’i terdapat istilah kitab al-Fitan, kitab al-Malahim dan kita al-Huruf. Menurut penelitian Saharanfuri, naskah al-A’rabi adalah naskah yag paling rendah nilainya dibandingkan dengan lainnya, sedangkan naskah yang paling sahih adalah naskah al-Lu’lu’i.
Penelitian ini telah nampak bahwa dalam menyaring hadis, selalu menolak hadits-hadits yang disepakati para ahli tentang nilainya yang matruk –yakni hadits da’if yang karena periwayatnya tertuduh dusta. Tetapi kalau tidak disepakati maka penilaian Abu Daud beralih pada kesinambungan sanad. Selanjutnya, hadits yang diambil adalah hadits-hadits yang tidak munqati’ –yakni hadits yang sanadnya gugur tidak berurutan – dan tidak mursal –yakni hadits yang sanad terakhir (sahabat) digugurkan.
Abi Daud mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Dia langsung berguru selama bertahun-tahun. Di antara guru-gurunya adalah Imam Ahmad, Al-Qanabiy, Sulaiman bin Harb, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Abu Zakariya Yahya bin Ma'in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa'id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.
Demikian pula murid-murid beliau cukup banyak antara lain, yaitu:
1.      Imam Turmudzi
2.      Imam Nasa'i
3.      Abu Ubaid Al Ajury
4.      Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
5.      Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari beliau).
6.      Abu Bakar Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
7.      Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
8.      Abu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
9.      Zakariya bin Yahya As Saajy.
10.  Abu Bakr Ibnu Abi Dunya.
11.  Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
12.  Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari beliau).
13.  Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
14.  Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari beliau).
15.  Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari beliau).

No comments:

Post a Comment