Setelah sahur, ada orang yang langsung beraktivitas
atau justru tidur kembali. Nah, sebenarnya diperbolehkan atau tidak jika
sesudah sahur tidur kembali?
Praktisi Gizi Klinik dan Olahraga Rita Ramayulis, DCN, MKes menjelaskan, usai makan, otomatis lambung terisi makanan dan diproduksi enzim untuk mencerna yang dibantu oleh oksigen. Ketika lambung bekerja, maka darah yang kaya akan oksigen lebih banyak dibutuhkan.
"Boleh nggak? Bisa iya bisa tidak, tergantung dari seberapa besar dan jenis makanan yang kita asup. Kalau porsinya besar baiknya jangan langsung tidur, kalau porsinya kecil boleh saja tidur," kata Rita di sela-sela Gathering Buka Puasa Sequis 'Kiat Berpuasa Pasca Sakit' di Locanda Resto, Jakarta, seperti ditulis Sabtu (27/6/2015).
Begitupun ketika kudapan yang disantap mengandung lemak tinggi misalkan santan kental, ketan, atau gorengan yang cukup banyak, baiknya beraktivitas setelah sahur. Sebab, makanan tersebut sulit dicerna. Akibatnya, ketika bangun tidur, kepala bisa terasa pusing dan timbul rasa tidak nyaman pada pencernaan.
Saat terjadi proses pencernaan, otomatis aliran darah akan terpusat di lambung. Sehingga, aliran darah tidak terdistribusi dengan baik ke bagian tubuh lain. Dalam keadaan tidur, kerja organ basal menurun sehingga makanan tidak dicerna secara maksimal, begitupun kerja enzim tidak maksimal.
"Tapi kalau habis sahur kita beraktivitas, aliran darah lebih kencang dan terdistribusi dari lambung kembali ke otak lagi sehingga sirkulasinya baik," kata Rita.
Ia menambahkan, ketika sahur baiknya jangan mengonsumsi makanan dengan kandungan protein tinggi. Karena protein bersifat mendorong urine keluar, akibatnya jika saat sahur seseorang mengonsumsi protein terlalu banyak maka bisa diproduksi urine yang kental. Disarankan pula untuk tidak mengonsumsi makanan dalam jumlah tidak mencukupi. Sebab, terlalu makan sedikit saat sahur akan membuat cadangan energi tubuh cepat habis. Akibatnya, tubuh akan cepat terasa lemas.
Praktisi Gizi Klinik dan Olahraga Rita Ramayulis, DCN, MKes menjelaskan, usai makan, otomatis lambung terisi makanan dan diproduksi enzim untuk mencerna yang dibantu oleh oksigen. Ketika lambung bekerja, maka darah yang kaya akan oksigen lebih banyak dibutuhkan.
"Boleh nggak? Bisa iya bisa tidak, tergantung dari seberapa besar dan jenis makanan yang kita asup. Kalau porsinya besar baiknya jangan langsung tidur, kalau porsinya kecil boleh saja tidur," kata Rita di sela-sela Gathering Buka Puasa Sequis 'Kiat Berpuasa Pasca Sakit' di Locanda Resto, Jakarta, seperti ditulis Sabtu (27/6/2015).
Begitupun ketika kudapan yang disantap mengandung lemak tinggi misalkan santan kental, ketan, atau gorengan yang cukup banyak, baiknya beraktivitas setelah sahur. Sebab, makanan tersebut sulit dicerna. Akibatnya, ketika bangun tidur, kepala bisa terasa pusing dan timbul rasa tidak nyaman pada pencernaan.
Saat terjadi proses pencernaan, otomatis aliran darah akan terpusat di lambung. Sehingga, aliran darah tidak terdistribusi dengan baik ke bagian tubuh lain. Dalam keadaan tidur, kerja organ basal menurun sehingga makanan tidak dicerna secara maksimal, begitupun kerja enzim tidak maksimal.
"Tapi kalau habis sahur kita beraktivitas, aliran darah lebih kencang dan terdistribusi dari lambung kembali ke otak lagi sehingga sirkulasinya baik," kata Rita.
Ia menambahkan, ketika sahur baiknya jangan mengonsumsi makanan dengan kandungan protein tinggi. Karena protein bersifat mendorong urine keluar, akibatnya jika saat sahur seseorang mengonsumsi protein terlalu banyak maka bisa diproduksi urine yang kental. Disarankan pula untuk tidak mengonsumsi makanan dalam jumlah tidak mencukupi. Sebab, terlalu makan sedikit saat sahur akan membuat cadangan energi tubuh cepat habis. Akibatnya, tubuh akan cepat terasa lemas.
No comments:
Post a Comment