A.
Pengertian
Agama
Agama dianggap sebagai kata yang
berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua akar suku kata “a” yang
berarti tidak dan “gama” yang berarti kacau sehingga artinya tidak kacau. Hal
ini mngandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan
manusia agar tidak kacau.
Dalam bahasa
Indonesia agama juga dikenal dengan kata addin dari bahasa arab yang artinya
hukum kata ini juga mengandung arti menguasai, menundukan, patuh, hutang,
balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan
hukum, yang harus dipatuhi orang.
Bertitik tolak
dari kata-kata tersebut intisarinya adalah agama adalah ikatan yang harus
dipegang dan dipatuhi manusia yang berasal dari sesuatu kekuatan yang lebih tinggi
dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca
indra, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia
sehari-hari. Jadi agama adalah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia
dengan sesuatu yang gaib yang menguasai manusia yang dengan karenanya manusia
meyakini harus mematuhi kewajiban-kewajiban, sehingga hal itu mempengaruhi
tingkah llaku atau perbuatan-perbuatan manusia sehari-hari.
Sedangkan Harun
Nasution mendefinisikan agama adalah ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada
manusia melalui Rasul dan pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber pada sesuatu kekuatan gaib.
B.
Pengertian
Kesehatan Mental
Istilah
kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari
bahasa Yunani yang berarti kejiwaan. Kata mental memiliki kesamaan makna dengan
kata Psyhe yang berasal dari bahassa latin yang berarti psikis atau jiwa, jadi
dapat diambil kesimpulan bahwa menttal hygiene berarti mental yang sehat atau
kesehatan mental. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan
dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri
terhadap lingkungan sosial). Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh
stressor (penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti
mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan
lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) keberadaan
seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetik, proses belajar
dan budaya yang ada dilingkungannya, dan juga intensitas stressor yang diterima
oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda
Ada yang
berpendapat bahwa sehat mental, adalah terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan
(batasan ini banyak mendapat sambutan di kalangan psikiatri). Ada yang
berpendapat bahwa kesehatan mental adalah kemampuan menyesuaikan diri dalam
menghadapi masalah dan kegoncangan-kegoncangan biasa. Pendapat ketiga
mengatakan bahwa kesehatan mental harus mengandung keserasian fungsi-fungsi
jiwa. Di samping itu ada pula yang berpendapat bahwa sehat mental adalah
kemampuan merasakan kebahagiaan, kekuatan dan kegunaan harga dirinya.
C.
Ciri-Ciri
Kesehatan Mental
1.
Memiliki sikap
batin (attidude) yang positif terhadap dirinya sndiri
2.
Aktualisasi
diri
3.
Mampu
mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi yang psikis ada
4.
Mampu berotonom
terhadap diri sendiri (mandiri)
5.
Memiliki
persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada
6.
Mampu
menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri
Setiap manusia
memiliki gaya dan cara masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak semua
orang memiliki seluruh kriteria untuk dapat disebut sebagai orang yang memiliki
mental yang sehat karena setiap orang mungkin memiliki sifat tertentu yang
dicirikan sebagai mental tidak sehat.
Ciri mental
sehat pada seseorang:
1.
Bertanggungjawab,
berani menghadapi segala hal yang dilakukannya
2.
Dewasa, memiliki
sikap dan perilaku yang tidak manja dan kekenak-kanakan
3.
Menghormati dan
menghargai orang lain, berperilaku sopan santun sesuai aturan, nilai, norma dan
adat istiadat yang ada di suatu tempat
4.
Optimis,
berfikir positif dalam menghadapi kehidupan
5.
Beriman dan
bertakwa, percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melaksanakan perintahNya dan
meninggalkan laranganNya
6.
Disiplin, taat
dan patuh terhadap aturan yang ada serta menghargai waktu yang ada.
D.
Gangguan Mental
Gangguan mental
dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal atau perilaku yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Perilaku tersebut baik yang berupa
pikiran, perasaan maupun tindakan. Stress, depresi dan alkoholik tergolong
sebagai gangguan mental karena adanya penyimpangan, hal ini dapat disimpulkan
bahwa gangguan mental memiliki titik kunci yaitu menurunnya fungsi mental dan
berpengaruhnya pada ketidakwajaran dalam perilaku ini sesuai dengan al-Qur’an
(QS. Al-Baqarah 2:10)
Artinya: dalam
hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
Adapun gangguan
mental yang dijelaskan oleh (A. Scott, 1961) meliputi beberapa hal:
1.
Salah dalam
penyesuaian sosial, orang yang mengalami gangguan mental perilakunya
bertentangan dengan kelompok dimana dia ada.
2.
Ketidakbahagiaan
secara subyektif
3.
Kegagalan
beradaftasi dengan lingkungan
4.
Sebagai
penderita gangguan mental menerima pengobatan psikiatris di rumah sakit, namun
ada sebagian yang tidak mendapat pengobatan tersebut.
Seseorang yang
gagal dalam beradaptasi secara positif dengan lingkungannya dikatakan mengalami
gangguan mental. Atas dasar pengertian ini tentu tidak mudah untuk mengukur ada
tidaknya gangguan mental pada seseorang, karena selain harus mengetahui potensi
individunya juga harus melihat konteks sosialnya.
E.
Pengaruh Agama
Pada Kesehatan Mental
Seiring
perkembangan zaman dan berkembangnya informasi-informasi yang ada serta adanya
kematangan pemikiran manusia, sekarang perhatian manusia terhadap kesehatan
mental semakin meningkat, sebab manusia semakin sadarbahwa manusia yang layak
adalah manakala seseorang dapat menikmati hidup ini bersama-sama, berdampingan
dengan orang lain.
Zakiah Daradjat
(1995:78) menuturkan, pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari dalam
membentengi seseorang dari gangguan jiwa (mental) dan dapat pula mengembalikan
jiwa bagi orang yang gelisah. Kerena kegelisahan dan kecemasan yang tidak
berujung pangkal itu, pada umumnya berakar dari ketidakpuasan dan kekecewaan,
sedangkan agama dapat menolong seseorang untuk menerima kekecewaan sementara
dengan jalan memohon ridha Allah dan terbayangkan kebahagiaan yang akan
dirasakan dikemudian hari. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin banyak
ibadahnya, maka akan semakin tentramlah jiwanya sertaserta semakin mampu
menghadapi kekecewaan dan kesukaran dalam hidup dan sebaliknya.
Dan semakin
jauh seseorang dari agama, akan semakin sulit baginya untuk memperoleh
ketenteraman hidup. Dalam Islam cakupan wilayah ibadah sangat luas, misalnya
sholat, puasa, haji dan lain-lain.
Dalam pandangan
psikologi Islam, penyakit mental yang biasa terjangkit pada diri manusia:
1.
Riya’, penyakit
ini mengandung tipuan, sebab menyatakan sesuatu yang tidak sebenarnya, orang
yang berbuat riya’ mengatakan atau melakuakan perbuatan yang tidak sesuai
dengan hakikat yang sebenarnya
2.
Hasad dan
dengki, yaitu suatu sikap yang melahirkan sakit hati apabila orang lain
mendapat kesenangan dan kemuliaan, dan ingin agar kesenangan dan kemuliaan itu
hilang dari orang tersebut dan beralih kepada dirinya
3.
Rakus, yaitu
keinginan yang berlebihan untuk mekanan
4.
Was-was, penyakit
ini sebagai akibat dari bisikan hati, cita-cita dan angan-angan dalam nafsunya
dan kelezatan
5.
Bebicara
berlebihan, keinginan berbicara banyak merupakan salah satu kwalitas manusia yang
paling rusak. Hal ini dapat mengantarkan kepada pembicaraan yang tidak berguan
dan berbohong
F.
Agama sebagai
Terapi Kesehatan Mental
Agama sebagai
terapi kesehatan mental dalam Islam sudah ditunjukkan secara jelas dalam
ayat-ayat al-Qur’an, diantaranya yang membahas tentang ketenangan dan
kebahagiaan adalah (QS. An-Nahl 16:97)
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri
Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. An-Nahl 97).
Pada ayat di bawah ini
Allah mensifati diriNya bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana
yang dapat memberikan ketenangan jiwa kedalam hati orang yang beriman.
Artinya: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah
ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Fath:14)
No comments:
Post a Comment