Wednesday, 24 June 2015

makalah masyarakat dan kebudayaan sekolah


BAB I
PENDAHULUAN
Sejak lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat.
Manusia adalah makhluk sosial. Ia hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidupnya tergantung pada orang lain. Karena itu manusia tak mungkin hidup layak di luar masyarakat.
Di dalam masyarakat, kebudayaan itu di satu pihak dipengaruhi oleh anggota masyarakat, tetapi di lain pihak anggota masyarakat itu dipengaruhi oleh kebudayaan. Kebudayaan sebagai hasil ciptaan dan karya manusia tentulah mempunyai bentuk-bentuk keseluruhan dan unsur-unsur atau bagian-bagiannya.
Makalah ini di buat untuk memberi tambahan bagi iyang ingin mengetahui hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan sekolah, untuk lebih jelasnya bisa dibaca dan apabila terdapat kesalahan harap maklum.

BAB II

MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH

A.    Pengertian Masyarakat
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.
1.      Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2.      Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
3.      Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial
B.     Faktor-Faktor/Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :
1.      Beranggotakan minimal dua orang
2.      Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan
3.      Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat
4.      Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
C.    Ciri/Kriteria Masyarakat yang Baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan/disebut sebagai masyarakat.
1.      Ada sistem tindakan utama
2.      Saling setia pada sistem tindakan utama
3.      Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota
4.      Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi manusia
D.    Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan: cultuur (Bahasa Belanda), Culture (Bahasa Inggris), berasal dari perkataan Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengajarkan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan activitet manusia untuk mengobah dan mengubah tanah”.
Dilihat dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari Bahasa sangsekerta “buddhayah”. Yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat ini mengatakan, bahwa kata budaya adalah sebagai suatu pengembangan dari kata majemuk: budi daya yang berarti budi dan daya. Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa terseebut.
Kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kehidupan hidupnya.
Jadi jelasnya “kebudayaan” adalah suatu hasil ciptaan dari pada hidup bersama yang berlangsung berabad-abad. Kebudayaan adalah suatu hasil, dan hasil itu dengan sengaja atau tidak, sesungguhnya ada dalam masyarakat. Dan pada pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti mempunyai budaya, yaitu gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia dan yang dapat membedakan manusia dengan binatang.
Dari hasil kebudayaan manusia kemudian mempunyai kehidupan, dan pola kehidupan ini pula dapatlah mempengaruhi cara berpikir dan dan gerak sosial. Contoh: kehidupan dunia Islam di Jawa Tengah dengan Sumatera Barat lain-lain, sebab pola kehidupan mereka juga lain. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kultur (kebudayaan) di daerah itu.
E.     Unsur-Unsur atau Bagian-Bagian Kebudayaan
Menurut Linton, kebudayaan sebagai bagian besar dan umum secara totalitas, terbagi-bagi atas:
1.      Cultural universal, misalnya mata pencarian, kesenian agama, ilmu pengetahuan, kekerabatan, dan sebagainya
2.      Cultural activitas (kegiatan-kegiatan kebudayaan), misalnya dari mata pencarian tadi terdapat pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan dan lain sebagainya. Dalam cultural universal kesenian terdapat misalnyaseni sastra, lukis, tari, musik, drama, film dan lain sebagainya
3.      Traits complexes, adalah bagian-bagian dari cultural activitistadi. Dari pertanian terdapat irigasi, pengolahan sawah, masa panen dan sebagainya
4.      Traits, adalah bagian-bagian dari traits complexes tadi. Misalnya dari sistem pengolahan tanah, terdapat bajak, guru, cangkul, sabit dan lain sebagainya
5.      Items, adalah bagian-bagian di dalam traits kebudayaan. Dari bajak terdapat bagian-bagianya, yakni mata bajak, tangkai bajak, pasangan, kendala dan sebagainya.
Bagian-bagian kebudayaan tersebut tersusun secara hierarchies.
F.     Kebudayaan Sekolah
Sistem pendidikan mengembangkan pola kelakuan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dari murid-murid. Kehidupan di sekolah serrta norma-norma yang berlaku di situ dapat disebut kebudayaan sekolah. Walaupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas, namun mempunyai ciri-ciri yang khas sebagai suatu “subculture”. Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan karena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Akan tetapi di sekolah itu sendiri timbul pola-pola kelakuan tertentu. Ini mungkin karena sekolah mempunyai pendudukan yang agak terpisah dari arus umum kebudayaan.
Dalam melaksanakan kurikulum dan eksrta-kurikulum berkembang sejumlah pola kelakuan yang khas bagi sekolahyang berbeda dengan yang terdapat pada kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. tiap kebudayaan mengandung bentuk kelakuan yang diharapkan dari anggotanya. di sekolah diharapkan bentuk kelakuan tertentu dari semua murid dan guru. Itulah yang menjadi norma bagi setiap murid dan guru. Murid ini nyata dalam kelakuan anak dan guru, dalam peraturan-peraturan sekolah, dalam tindakan dan hukuman terhadap pelanggaran, juga dalam berbagai kegiatan seperti upacara-upacara.
Kenaikan Kelas
            Belajar dengan rajin agar naik kelas merupakan patokan yang mempengaruhi kehidupan anak di sekolah. Untuk itu ia harus menguasai bahan pelajaran yang ditentukan oleh kurikulum yang sering diolah dalam bentuk buku pelajaran, diktat atau kitab catatan. Dengan ulangan atau tes guru menilai kemampuan anak. Angka dari guru sangat penting bagi murid. Hak guru memberi angka memberinya kekuasaan yang disegani oleh murid. Ada juga guru yang bila perlu menggunakan angka itu untuk menegakkan kekuasaannya. Guru yang sangat “killer” sangat ditakuti.
            Tinggal kelas merupakan masalah yang berat bagi murid. Bagi anak yang bersangkutan ini berarti bahwa ia akan ditinggalkan oleh teman-temannya selama setidak-tidaknya  satu tahun dan ia harus masuk kelompok anak-anak yang lebih muda daripadanya yang selama ini lebih rendah kedudukannya. Tinggal kelas bagi murid merupakan pukulan berat, sekalipun sebelumnya ia tahu bahwa angka-angkanya selalu rendah dalam ulangan. Ia merasa malu dan ingin pindah ke sekolah lain. Juga bagi orang tua anak itu tinggal kelas merupakan pengalaman yang pahit yang mengecewakan dan memalukan.
            Oleh sebab kenaikan kelas itu begitu pentingnya maka murid-murid biasanyabelajar untuk memperoleh angka yang baik, walaupun ilmu itu sendiri juga penting.
Upacara-Upacara
            Peristiwa yang biasanya dilakukan dengan upacara ialah penerimaan murid baru. Pada waktu yang lalu murid-murid SMA turut melakukan masa perkenalan, meniru kakak-kakaknya di Perguruan Tinggi. Mereka itu sebenarnya mengikuti jejak mahasiswa zaman kolonial, yang menerima mahasiswa dengan upacara perpeloncoan.
            Upacara yang selalu menggembirakan adalah upacara wisuda yang melepaskan para siswa yang lulus, yang kemudian akan melanjutkan pelajaran pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi atau mengadu nasibnya dalam dunia pekerjaan.
            Upacara itu melambangkan beberapa hal. Pertama, untuk menyatakan besarnya nilai pendidikan bagi pembinaan generasi muda dan kepercayaan bahwa pendidikan membawa kemajuan bagi setiap siswa. Kedua, bagi mereka yang lulus, wisuda itu merupakan pengakuan atas taraf pendidikan yang telah mereka capai.
Upacara Bendera
            Ada sekolah yang memulai sekolah dengan lebih dahulu mengumpulkan semua murid untuk melakukan upacara tertentu dengan mungkin upacara yang berbeda-beda menurut sekolahnya. Upacara ini selain mempunyai kontrol, juga menanamkan rasa identifikasi anak dengan sekolahnya dan semangat persatuan serta rasa turut bertanggung jawab atas nama baik sekolahnya.
            Suatu upacaya yang diwajibkan bagi setiap sekolah di negara kita ialah upacara bendera pada hari senin setiap minggu dan pada tanggal 17 tiap bulan. Upacara ini bertujuan untuk menanamkan rasa kebangsaan dengan meresapkan dasar pikiran, dan cita-cita serta norma-norma yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila dan Sumpah Pemuda. Kesempatan ini juga dapat digunakan oleh Kepala Sekolah untuk berbagai pengumuman dan petunjuk-petunjuk lainnya demi kebaikan sekolah. Upacara dipandang sebagai kesempatan yang penting untuk menyampaikan dan menerima pesan-pesan. Bisa juga untuk pergantian pengurus OSIS, penyerrahan tanda penghargaan atas kemenangan dalam berbagai perlandingan dan perlombaan, ini bisa meningkatkan rasa kebangsaan atas sekolah sendiri serta identifikasi murid dengan sekolahnya.
G.    Norma-Norma Sosial dalam Situasi Belajar
Kegiattan belajar yang berpusat dalam ruang kelas hanya dapat berjalan lancar karena adanya poal-polakebudayaan sekolah yang menentukan kelakuan yang diharapkan dari murid-murid dalam proses belajar mengajar.
Norna-norma di sekolah juga harus memperhatikan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Guru harus memanfaatkan harapan-harapan orang tua dan menerapkannya dalam kelasnya dalam bentuk norma-norma. Sedapat mungkin norma-norma yang dijalankan di sekolah jangan bertentangan dengan norma yang berlaku dalam keluarga anak didik. Bila ini terjadi maka kesulitan dan dan salah paham akan timbul antara sekolah dan orang tua. Dalam hal ini pribadi guru dan latar belakangnya turut menentukan cara menginterpretasikan norma-norma masyarakat ke dalam situasi kelas.
H.    Latar Belakang Guru
Menurut penelitian di Amerika Serikat sebagian besar dari guru-guru berasal dari golongan menengah-rendah seperti petani, pengusaha kecil, buruh harian dann sebagian kecil saja yanga ayahnya dari golongan profesional atau golongan tinggi. guru akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya melalui pendidikan dari orang tuanya ke dalam kelas yang diajarnya. Walaupun guru itu sendiri berkat pendidikannya dapat mempertinggi tingkat kulturalnya, namun ia akan tetap terikat oleh latar belakangnya, yakni nilai-nilai pedesaan golongan menengah-rendah yang mungkin sekali berbeda dengan norma murud-murid, khususnya di kota-kota.
Di dalam kelas gurulah merupakan daya utama yang menentukan norma-norma di dalam kelasnya dan otoritas guru sukar dibantah. Dalam kelakuan anak sehari-hari, tentang berpakaian, cara bergaul, cara mengatasi konplik dan hal-hal moral, pergaulan antar-seks, soal kejujuran sikap terhadap agama, terhadap atasan orrang tua, dan pemerintah guru itu akan dipengaruhi norma-norma golongan darri mana ia berasal. Tentang peraturan-peraturan sekolah telah ada yang ditentukan oleh pemerintah ada pula oleh kepala sekolah dan staf guru, misalnya mengenai kehadiran di sekolah, larangan merokok, pembayaran iuran sekolah, dan sebagainya yang harus dipatuhi oleh semua anak, lepas dari status orang tua anak.

No comments:

Post a Comment