BAB I
PENDAHULUAN
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
Salah
satu stake holder dalam pendidikan yang punya peranan penting adalah
supervisor. Supervisor adalah orang yang bertugas memberikan bantuan kepada
guru (bawahan) agar ia mengalami pertumbuhan secara maksimal dan integral baik
profesi maupun pribadinya. Banyak kita melihat lembaga pendidikan yang
mempunyai autput yang kurang bermutu. Hal ini disebabkan karena tenaga pendidik
yang belum profesional dalam menjalankan tugas utamanya. Dalam rangka untuk
mencapai profesionalisme guru dalam menjalankan tugas utamanya secara baik maka
perlu mengoptimalkan supervisi/pengawasan. Karena supervisi sangat berpengaruh
besar dalam mencapai mutu suatu lembaga pendidikan.
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan
pendidikan di Negara kita, maka paradigma tenaga pendidikan pun sudah
seharusnyalah mengalami perubahan pula, khususnya yang berkaitan dengan
supervise atau kepengawasan pendidikan ini. Dengan paradigma lama tergambar
bahwa suatu kegiatan tidak dapat diharapkan berjalan lancer dengan sendirinya
sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan, jika tidak diawasi.
Dalam dunia pendidikan tidaklah selalu berjalan mulus,
pasti ada halangan rintangan. Problem inilah yang harus dipecahkan dan
diselesaikan serta dicari solusinya demi pendidikan yang berkwalitas. Untuk
menggerakkan roda pendidikan agar lebih baik, diperlukan banyak sekali dukungan
dan kerjasama baik orang tua, guru, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
MASALAH-MASALAH DAN SOLUSI SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A.
Masalah
kesulitan belajar
Ada satu
pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar anak didik di
sebabkan oleh rendahnya inteligensi. Karena dalam kenyataannya cukup banyak
anak didik yang memiliki intilegensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya
rendah, jauh dari yang di harapkan. Dan masih banyak anak didik dengan
intelegensi yang rata-rata normal, tetapi dapat meraih prestasi belajar yang
tinggi.
Kesulitan
belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat di kelompokan
menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
1.
Dilihat
dari jenis kesulitan belajar
2.
Dilihat
dari mata pelajaran yang di pelajari.
3.
Dilihat
dari sifat kesulitannya.
4.
Dilihat
dari segi faktor penyebabnya.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi
dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, di sebabkan adanya ancaman,
hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
Para ahli
mengemukakan fakto-faktor kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka
masing-masing. Ada yang meninjaunya dari sudut Intren anak didik dan ekstern
anak didik.
a.
Faktor-faktor
intern anak didik:
1)
Bersifat
kognitif antara lain seperti rendahnya kapasitas intlektual/integensi anak
didik.
2)
Bersifat
apektif antara lain seperti lebilnya
emosi dan sikap.
3)
Bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya
alat-alat indra penglihatan dan pendengaran.
b.
Faktor-faktor
ekstern anak didik:
1)
Lingkungan
keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2)
Lingkungan
perkampungan/masyarakat, contohnya; wilayah perkampungna kumuh dan teman
sepermainan yang nakal.
3)
Lingkungan
sekolah, contohnya kondisi dan letak sekolah yang buruk seperti dekat pasar,
kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.[1]
Maka
faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat di bagi menjadi
faktor anak didik, sekolah, keluarga dan masyarakat.
1.
Faktor
anak didik
a.
Inteligensi
yang kurang baik.
b.
Bakat
yang kurang
c.
Faktor
emosional yang kurang stabil
d.
Aktipitas
belajar yang kurang
e.
Kebisaan
belajar yang kurang baik.
f.
Penyusaian
sosial yang sulit.
g.
Latar
belang pengalaman yang pahit.
2.
Faktor
sekolah
a.
Pribadi
guru yang kurang baik.
b.
Guru
kurang berkualitas.
c.
Hubungan
guru dengan anak didik kurang harmonis.
d.
Gurguru
menuntut setandar pelajran di atas kemampuan anak.
e.
Guru
tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.
f.
Cara
guru mengajar yang kurang baik.
g.
Alat/media
yang kurang memadai.
3.
Faktor
keluarga.
a.
Kurangnya
kelengkapan alat-alat belajar bagi anak dirumah.
b.
Kurang
nya biaya pendidikan yang disediakan oarangtua.
c.
Anak
tidak memiliki ruang dan tempat yang belajar khusus dirumah.
d.
Ekonomi
keluarga yanmg terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebi-lebihan.
e.
Perhatian
orang tua yanmg tidak memadai.
f.
Kedudukan
anak dalam keluarga yang menyedihkan.[2]
4.
Faktor
masyarakat.
Pergaulan yang
terkadang kurang bersahabat, sering memicu konplek sosial. Keributan
pertengkaran, perampokan, pembunuhan, perjudian, dan perilaku jahiliyah lainya
sudah menjadi santapan sehari-hari dalam masyarakat.
B.
Masalah Instrumental
1.
Kurikulum
Kurikulum
adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam
pendidikan tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung.muatan
kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik
”Seperti seorang guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajran kepada
ankdidik dalam waktu yang masih sedikit tersisia, karena ingin mencapai target
kurikulu, akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah.
Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu saja hasil belajar
yang demikian kurang memuaskan, jadi kurikulum di akui dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar anak didik disekolah.
2.
Program
Program
pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Program
pengajaran yang guru buat akan mempengaruhi kemana proses belajar itu
berlangsung. Gaya belajar anak didik di giring kesuatu aktivitas belajar yang
menunjang keberhasialn program pengajaran yang di buatb oleh guru. Penyimpamgan
prilaku anak didik dari aktivitas belajar dapat menghambat keberhasilan program
pengajaran yang di buat oleh guru. Itu bereti guru tidak berhasil membelajarkan
anak didik akibatnya anak didik tidak
menguasi bahan pelajaran yang di berikan itu.
3.
Sarana
dan fasilitas
Sarana mampunyai
arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang
strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Suatu
sekolah yang kekurangan ruang kelas sementara jumlah anak didik yang dimiliki
dalam jumlah yang banyak melebihi daya tampung kelas, akan banyak menemukan
masalah. Kegiatan belajar mengajar kurang kondusif. Pengelolaan kelas kurang
efektif. Konflik antar anak didik sukar dihindari. Pertimbangan material dengan
menerima anak didik yang masuk dalam jumlah banyak, melebihi kafasitas kelas
adalah kebijakan yang cendrung mengabaikan asfek kwalitas pendidikan. Hal ini
harus dihindari bila ingin bersaing dalam peningkatan mutu pendidikan.
4. Guru
Guru merupakan
unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan didalamnya.
Jika hanya ada anak didik tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru
saja sudah merupakan masalah. Mata pelajaran tertentu pasti kekosongan guru,
karena tidak ada guru yang memberikan pelajaran untuk mata pelajaran itu.
Sehingga tidak jarang ditemukan seorang guru memegang lebih dari satu
mata pelajaran. Akibatnya, jumlah jam mengajar dalam seminggu melebihi delapan
belas jam wajib mengajar.[3]
C.
Usaha
Mengatasi Beberapa Masalah Supervisi Pendidikan Islam
Beberapa
masalah dalam supervisi pendidikan islam adalah faktor peserta didik, yang
mengalami kesulitan belajar dan usaha mengatasinya:
1.
Pengumpulan
data, melalui kegiatan sebagai berikut:
a.
Kunjungan
rumah
b.
Case
study
c.
Case
history
d.
Daftar
pribadi
e.
Meneliti
pekerjaan anak
f.
Melaksanakan
test, baik test IQ maupun test prestasi
2.
Pengolahan
data
a.
Identifikasi
kasus
b.
Membandingkan
antarkasus
c.
Membandingkan
dengan test lisan
d.
Menarik
kesimpulan
3.
Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan
data. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
a.
Keputusan
mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat
kesulitan yang dirasakan anak didik
b.
Keputusan
mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak
didik
c.
Keputusan
mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik
4. Prognisis
Dalam penyusunan program bantuan terhadap ank didik yang kesulitan
belajar dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan rumus 5W+1H.
a. Who: siapakah yang memberi bantuan kepada
anak?
Siapakah yang harus mendapat bantuan?
b. What: materi apa yang diperlukan? Alat
bantu apa yang harus dipersiapkan? Pendekatan dan metode apa yang digunakan
dalam memberikan bantuan kepada anak?
c. When: kapan pemberian bantuan itu diberikan
kepada anak?
Bulan yang keberapa? Minggu yang keberapa?
d. Where: di man pemberian itu dilaksanakan?
e. Which: anak didik yang mana diprioritaskan
mendapat bantuan lebih dahulu?
f. How: bagaimana pemberian bantuan itu
dilaksanakan? Dengan cara pendekatan individual ataukah pendekatan kelompok?
Bentuk treatment yang bagaimana yang mungkin dyberikan kepada anak/
5. Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah
pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai
dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang
mungkin dapat diberikan adalah:
a. Melalui bimbingan belajar individual
b. Melalui bimbingan belajar kelompok
c. Melalui remedial teaching untuk mata
pelajaran tertentu
d. Melalui bimbingan orang tua di rumah
e. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi
masalah-masalah psikologis
f. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar
yang baik secara umum
g. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar
yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran
6.
Evaluasi
Evaluasi
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil
dengan baik. artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari
lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali. Dalam rangka pengecekan kembali atas
kegagalan treatment, secara teoretis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah
sebagai berikut.
a.
Re-ceking
data (baik yang berhubungan dengan masalah
pengumpulan maupun pengolahan data)
b.
Re-diagnosis
c.
Re-
prognosis
d.
Re-treatment
e.
Re-evaluasi
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
Kesulitan
belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat di kelompokan
menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
1.
Dilihat
dari jenis kesulitan belajar
2.
Dilihat
dari mata pelajaran yang di pelajari.
3.
Dilihat
dari sifat kesulitannya.
4.
Dilihat
dari segi faktor penyebabnya.
Para ahli
mengemukakan fakto-faktor kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing.
Ada yang meninjaunya dari sudut Intren anak didik dan ekstern anak didik.
Dilihat dari
faktor-faktor internal dan eksternal anak maka faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat di
bagi menjadi faktor anak didik, sekolah, keluarga dan masyarakat.
Di lihat
dari masalah instrumennya yaitu kurikulum, proran, sarana dan fasilitas dan
guru,
Adapun
usaha-usaha mengatasi masalah supervisi pendidikan Islam tentang masalah
kesulitan belajar anak didik dapat dilakukan dengan cara pengumpulan data,
pengelolaan data, diagnosis, prognosis, treatment dan evaluasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Rohani, Ahmad. 2004, Pengelolaan
Pengajaran. Jakarta: PT
Reneka Cipta
Bahri Djamarah, Syaiful. 2008, Psikologi Belajar,
Jakarta: PT. Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment