Tuesday, 23 June 2015

MASALAH-MASALAH DAN SOLUSI SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
Salah satu stake holder dalam pendidikan yang punya peranan penting adalah supervisor. Supervisor adalah orang yang bertugas memberikan bantuan kepada guru (bawahan) agar ia mengalami pertumbuhan secara maksimal dan integral baik profesi maupun pribadinya. Banyak kita melihat lembaga pendidikan yang mempunyai autput yang kurang bermutu. Hal ini disebabkan karena tenaga pendidik yang belum profesional dalam menjalankan tugas utamanya. Dalam rangka untuk mencapai profesionalisme guru dalam menjalankan tugas utamanya secara baik maka perlu mengoptimalkan supervisi/pengawasan. Karena supervisi sangat berpengaruh besar dalam mencapai mutu suatu lembaga pendidikan.
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Negara kita, maka paradigma tenaga pendidikan pun sudah seharusnyalah mengalami perubahan pula, khususnya yang berkaitan dengan supervise atau kepengawasan pendidikan ini. Dengan paradigma lama tergambar bahwa suatu kegiatan tidak dapat diharapkan berjalan lancer dengan sendirinya sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan, jika tidak diawasi.
Dalam dunia pendidikan tidaklah selalu berjalan mulus, pasti ada halangan rintangan. Problem inilah yang harus dipecahkan dan diselesaikan serta dicari solusinya demi pendidikan yang berkwalitas. Untuk menggerakkan roda pendidikan agar lebih baik, diperlukan banyak sekali dukungan dan kerjasama baik orang tua, guru, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.



BAB II
PEMBAHASAN
MASALAH-MASALAH DAN SOLUSI SUPERVISI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A.    Masalah kesulitan belajar
Ada satu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar anak didik di sebabkan oleh rendahnya inteligensi. Karena dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki intilegensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang di harapkan. Dan masih banyak anak didik dengan intelegensi yang rata-rata normal, tetapi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi.
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat di kelompokan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
1.      Dilihat dari jenis kesulitan belajar
2.      Dilihat dari mata pelajaran yang di pelajari.
3.      Dilihat dari sifat kesulitannya.
4.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, di sebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
Para ahli mengemukakan fakto-faktor kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing. Ada yang meninjaunya dari sudut Intren anak didik dan ekstern anak didik.
a.       Faktor-faktor intern anak didik:
1)      Bersifat kognitif antara lain seperti rendahnya kapasitas intlektual/integensi anak didik.
2)      Bersifat apektif  antara lain seperti lebilnya emosi dan sikap.
3)      Bersifat  psikomotor, antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran.
b.      Faktor-faktor ekstern anak didik:
1)      Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2)      Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya; wilayah perkampungna kumuh dan teman sepermainan yang nakal.
3)      Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.[1]
Maka faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat di bagi menjadi faktor anak didik, sekolah, keluarga dan masyarakat.
1.      Faktor anak didik
a.       Inteligensi yang kurang baik.
b.      Bakat yang kurang
c.       Faktor emosional yang kurang stabil
d.      Aktipitas belajar yang kurang
e.       Kebisaan belajar yang kurang baik.
f.       Penyusaian sosial yang sulit.
g.      Latar belang pengalaman yang pahit.
2.      Faktor sekolah
a.       Pribadi guru yang kurang baik.
b.      Guru kurang berkualitas.
c.       Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis.
d.      Gurguru menuntut setandar pelajran di atas kemampuan anak.
e.       Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.
f.       Cara guru mengajar yang kurang baik.
g.      Alat/media yang kurang memadai.
3.      Faktor keluarga.
a.       Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak dirumah.
b.      Kurang nya biaya pendidikan yang disediakan oarangtua.
c.       Anak tidak memiliki ruang dan tempat yang belajar khusus dirumah.
d.      Ekonomi keluarga yanmg terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebi-lebihan.
e.       Perhatian orang tua yanmg tidak memadai.
f.       Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan.[2]
4.      Faktor masyarakat.
Pergaulan yang terkadang kurang bersahabat, sering memicu konplek sosial. Keributan pertengkaran, perampokan, pembunuhan, perjudian, dan perilaku jahiliyah lainya sudah menjadi santapan sehari-hari dalam masyarakat.
B.     Masalah Instrumental
1.      Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung.muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik ”Seperti seorang guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajran kepada ankdidik dalam waktu yang masih sedikit tersisia, karena ingin mencapai target kurikulu, akan memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah. Padahal anak didik sudah lelah belajar ketika itu. Tentu saja hasil belajar yang demikian kurang memuaskan, jadi kurikulum di akui dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik disekolah.


2.      Program 
Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Program pengajaran yang guru buat akan mempengaruhi kemana proses belajar itu berlangsung. Gaya belajar anak didik di giring kesuatu aktivitas belajar yang menunjang keberhasialn program pengajaran yang di buatb oleh guru. Penyimpamgan prilaku anak didik dari aktivitas belajar dapat menghambat keberhasilan program pengajaran yang di buat oleh guru. Itu bereti guru tidak berhasil membelajarkan anak didik akibatnya  anak didik tidak menguasi bahan pelajaran yang di berikan itu.
3.      Sarana dan fasilitas
Sarana mampunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Suatu sekolah yang kekurangan ruang kelas sementara jumlah anak didik yang dimiliki dalam jumlah yang banyak melebihi daya tampung kelas, akan banyak menemukan masalah. Kegiatan belajar mengajar kurang kondusif. Pengelolaan kelas kurang efektif. Konflik antar anak didik sukar dihindari. Pertimbangan material dengan menerima anak didik yang masuk dalam jumlah banyak, melebihi kafasitas kelas adalah kebijakan yang cendrung mengabaikan asfek kwalitas pendidikan. Hal ini harus dihindari bila ingin bersaing dalam peningkatan mutu pendidikan.
4.      Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan didalamnya. Jika hanya ada anak didik tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru saja sudah merupakan masalah. Mata pelajaran tertentu pasti kekosongan guru, karena tidak ada guru yang memberikan pelajaran untuk mata pelajaran itu. Sehingga tidak jarang ditemukan seorang guru memegang lebih dari satu mata pelajaran. Akibatnya, jumlah jam mengajar dalam seminggu melebihi delapan belas jam wajib mengajar.[3]
C.    Usaha Mengatasi Beberapa Masalah Supervisi Pendidikan Islam
Beberapa masalah dalam supervisi pendidikan islam adalah faktor peserta didik, yang mengalami kesulitan belajar dan usaha mengatasinya:
1.      Pengumpulan data, melalui kegiatan sebagai berikut:
a.       Kunjungan rumah
b.      Case study
c.       Case history
d.      Daftar pribadi
e.       Meneliti pekerjaan anak
f.       Melaksanakan test, baik test IQ maupun test prestasi
2.      Pengolahan data
a.       Identifikasi kasus
b.      Membandingkan antarkasus
c.       Membandingkan dengan test lisan
d.      Menarik kesimpulan
3.      Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
a.       Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik
b.      Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik
c.       Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik
4.      Prognisis
Dalam penyusunan program bantuan terhadap ank didik yang kesulitan belajar dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan rumus 5W+1H.
a.       Who: siapakah yang memberi bantuan kepada anak?
Siapakah yang harus mendapat bantuan?
b.      What: materi apa yang diperlukan? Alat bantu apa yang harus dipersiapkan? Pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam memberikan bantuan kepada anak?
c.       When: kapan pemberian bantuan itu diberikan kepada anak?
Bulan yang keberapa? Minggu yang keberapa?
d.      Where: di man pemberian itu dilaksanakan?
e.       Which: anak didik yang mana diprioritaskan mendapat bantuan lebih dahulu?
f.       How: bagaimana pemberian bantuan itu dilaksanakan? Dengan cara pendekatan individual ataukah pendekatan kelompok? Bentuk treatment yang bagaimana yang mungkin dyberikan kepada anak/
5.      Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan disini dimaksudkan adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a.       Melalui bimbingan belajar individual
b.      Melalui bimbingan belajar kelompok
c.       Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu
d.      Melalui bimbingan orang tua di rumah
e.       Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis
f.       Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum
g.      Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran
6.      Evaluasi
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan berhasil dengan baik. artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali. Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagalan treatment, secara teoretis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut.
a.       Re-ceking data (baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan data)
b.      Re-diagnosis
c.       Re- prognosis
d.      Re-treatment
e.       Re-evaluasi














BAB III
PENUTUP

Simpulan:
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat di kelompokan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
1.      Dilihat dari jenis kesulitan belajar
2.      Dilihat dari mata pelajaran yang di pelajari.
3.      Dilihat dari sifat kesulitannya.
4.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya.
Para ahli mengemukakan fakto-faktor kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-masing. Ada yang meninjaunya dari sudut Intren anak didik dan ekstern anak didik.
Dilihat dari faktor-faktor internal dan eksternal anak maka faktor-faktor   penyebab kesulitan belajar anak didik dapat di bagi menjadi faktor anak didik, sekolah, keluarga dan masyarakat.
Di lihat dari masalah instrumennya yaitu kurikulum, proran, sarana dan fasilitas dan guru,
Adapun usaha-usaha mengatasi masalah supervisi pendidikan Islam tentang masalah kesulitan belajar anak didik dapat dilakukan dengan cara pengumpulan data, pengelolaan data, diagnosis, prognosis, treatment dan evaluasi.







DAFTAR PUSTAKA
Rohani, Ahmad. 2004, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Reneka Cipta
Bahri Djamarah, Syaiful. 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta


[1] Syaiful Bahri Djamarah.2008.Psikologi belajar.Jakarta:Reneka Cipta.hlm.234-236.
[2] Ahmad Rohani.2004.pengelolaan pengajaran.Jakarta:PT Reneka Cipta.hlm.158-159.
[3] Syaiful Bahri Djamarah.Ibid.hlm.180-185.

No comments:

Post a Comment