Imam
Ibnu majah, nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Jazid al-Qaswini. Lahir
pada tahun 207 H di salah satu kota di Iran. Menurut sebagian ahli tarekh
beliau dilahirkan pada tahun 209 H. Beliau telah belajar ilmu hadits dengan
mengunjungi bebrapa negeri seperti Irak, Hijaz, Mesir, Syam, dan bebrapa negari
lain. Dia berguru di bidang hadits kepada Muhammad Ibn Abdullah Ibn Numair dan
orang-orang yang semasa dengannya. Ibnu Majah mempunyai tingkatan yang tinggi
dalam bidang hadits yaitu ketelitiannya dalam meriwayatkan hadits. Ia seorang
kepercayaan yang besar, yang disepakati tentang kepercayaannya di bidang
hadits, pendapat-pendapatnya sendiri menjadi hijjah, ia mempunyai intelektual
yang tinggi dalam memahami dan menghafal hadits. Beliau meninggal dunia pada
tanggal 22 Ramadhan tahun 273 H.
Ulama
hadits berbeda pendapat dalam menilai kedudukan Sunan Ibnu Majah. Sebagian ahli
hadits berpendapat, bahwa yang menduduki urutan keenam dalam kutub al-sittah
adalah Sunan Ibnu Majah. Yang berpendapat demikian adalah Abu Fadal Muhammad
bin Tahir al-Maqdisi (wafat tahun 507 H), penyusun Atraf al-Kutub al-Sittah dan
Syurut al-Aimmah al-Sittah; juga ‘abdul Ghani bin al-Wahid al-Qudsy
(wafat tahun 600 H), penyusun al-Ihkam fi Asma’ rijal. Mereka beralasan
di dalam sunan Ibnu Majah terdapat banyak hadits al-Zawa’id –penjelasan
atau penilaian tambahanterhadap matn hadits- yang tidak dijumpai dalam
Kutub al-Khamsah.
Ahli
hadits lainnya seperti abu al-Hasan Ahmad bin Razin al-Abduri (wafat 535 H),
penyusun al-Tajrid fi al-Jam’bayn al-Sihah; Abu Sa’adad Mujid al-Din ibn Asir
al-Jazari (wafat 606 H), penyusun Jami’ al-Ushul; dan al-‘Allamah al-Zubaydi
(wafat tahun 944 H), penyusun tafsir al-Wusul, berpendapat bahwa yang menduduki
urut ke enam dalam kutub al-sittah adalah al-Muwatta’ yang
disusun oleh Malik bin Anas. Mereka beranggapan bahwa derajat al-Muwatta’
lebih tinggi daripada Sunan Ibnu Majah.
Karangan
dan karya Ibnu Majah yang termasyhur ialah Sunan Ibnu Majah (As-Sunan).
Kitab ini dianggap kitab hadits yang keenam dari kitab-kitab hadits, dan
setingkat dengan Kitab Muwaththa’ karangan Imam Malik. Kitab as-Sunnah
ini disusun menurut tertib bab fiqh yang jumlah hadits di dalamnya sejumlah
4341 hadits, 3002 hadits di antaranyadiriwayatkan oleh Ashabul Khamsah
dan 1339 hadits riwayat Ibnu Majah. Para ulama mendahulukan Sunan Ibnu Majah
atas Al-Muwaththa’, adalah karena di dalam Sunan Ibnu Majah banyak
terdapat hadits yang tidak terdapat dalam kitab yang lima, hanya karena inilah
mereka memilih dan mendahulukan Sunan Ibnu Majah, bukanlah karena Sunan Ibnu
Majah lebih shahih dari Al-Muwaththa’.
Di antara guru-guru Ibn Majah yang sempat
beliau temui dan mewarisi ilmunya ialah Ali bin Muhammad (paling banyak hadith
daripadanya), Jubarah bin al-Mughallis, Muhammad bin Abdullah bin Nasir, Mus’ab
bin Abdullah al-Zubairi, Suwaid bin Said, Ibrahim bin al-Munzir al-Hazami,
Abdullah bin Muawiyah, Hisyam bin Umar, Yazid bin Abdullah dan Abu Bakar bin
Abi Syaibah (Rosmawati 2005:316-317). Dia belajar membaca al-Qur’an daripada Muhammad
Ibn Isa al-Abhariy, Abu al-Hasan al-Qattan dan lain-lain (Ensiklopedia Dunia
(jilid 9). 2005: 15).
Antara murid-murid yang menuntut ilmu dengan
Ibn Majah ialah Abu al-Tayyib Ahmad bin Rawh al-Baghdadi, Muhammad bin ‘Isa
al-Abhari, Abu al-Hasan Ali bin Ibrahim al-Qattan, Sulaiman bin Yazid
al-Qazwini, Ishak bin Muhammad al-Qazwini, Ali bin Sa’id bin Abdullah, Ibrahim
bin Dinar al-Jarsyi dan ramai lagi (Asmawi Hj Ehsan. 2003: 174).
No comments:
Post a Comment