Wednesday, 24 June 2015

Makalah Kepribadiaan Guru


BAB I
PENDAHULUAN

          Kepribadian merupakan kepribadian sesorang atau juga pekerti atau perangai. Kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih, memutuskan dan berbuat serta bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai Islam.
            Pribadi yang baik seyogianya dapat dimiliki oleh seorang guru, seorang guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kepribadian, guru dituntut memiliki kepribadian ideal yang patut untuk dicontoh.
            Profil guru yang baik adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan ppanggilan jiwa, panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Tapi, jangan hanya menuntut pengabdian guru, kesejahteraannya juga patut ditingkatkan












BAB II
PEMBAHASAN
KEPRIBADIAN GURU
A.    Pengertian Kepribadian Guru
          Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru lainnya. Kepribadian yang sebenarnya adalah sesuatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
            Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang lain, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seseorang melakukan suatu sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang tidak mulia. Oleh karena itu, masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat. Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi bagi seorang, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kepribadian dapat menentukan apakah guru menjadi pendidik dan pembiina yang baik ataukah menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang sedang mengalami goncangan jiwa (tingkat remaja).
            Profil guru yang baik adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan ppanggilan jiwa, panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Tapi, jangan hanya menuntut pengabdian guru, kesejahteraannya juga patut ditingkatkan.[1]
            Mengingat tugas guru adalah mendidik dan bukan hanya mengajar suatu bidang studi, maka seorang calon guru harus dibekali dengan ketakwaan kapada Tuhan Yang Maha Esa, kepribadian Pancasila yang kuat, serta pengetahuan teori dan praktik kependidikan dan keguruan yang menjadi spesialisasinya. Khusus untuk guru agama, disamping kualitas di atas, perlu pula disyaratkan bahwa ia harus meyakini dan meengamalkan agama yang diajarkannya.[2]
B.     Syarat-Syarat Guru
Syarat diartikan sebagai sifat guru yang pokok, yang dapat dibuktikan secara emperis tatkala menerima tenaga guru. Jadi, syarat guru yang dimaksud di sini adalah syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi guru, dapat juga dikatakan syarat adalah sifat minimal yang harus dipenuhi oleh guru.[3]
a.       Syarat guru kepada dirinya sendiri
1.      Hendaknya guru senantiasa insyaf akan pengawasan Allah terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanah ilmiah yang diberikan Allah kepadanya.
2.      Hendaknya guru memelihara kemuliaan guru.
3.      Hendaknya guru berzuhud, artinya hendaknya ia mengambil dari rezki dunia hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarganya secara sederhana.
4.      Hendaknya guru tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai kedudukan, harta, prestise, atau kebangggaan atas orang lain.
5.      Hendaknya guru menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan syarak. Hendaknya ia juga menjauhi situasi-situasi yang bisa mendatangkan fitnah dan tidak melakukan sesuatu yang dapat menjatuhkan harga dirinyadi mata orang banyak.
6.      Hendaknya guru memelihara syiar-syiar agama islam, seperti melaksanakan sholat berjamaah di mesjid, mengucapkan salam, serta menjalankan amar ma;ruf dan nahi munkar.
7.      Guru hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunatkkan oleh agama, baik dengan lisan maupun dengan perbuatan.
8.      Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk.
9.      Guru hendaknya selalu mengisi waktu-waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat.
10.  Guru hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu uuntuk menerima ilmu dari orang yang lebih rendah daripadanya, baik kedudukannya, keturunannya, ataupun usianya. Sa’ad bin Jubair (w. 95 H) mengingatkan:
لاَ يَزَالُ الرَّجُلُ عَالِمًا مَا تَعَلَّمَ فَإِذَا تَرَكَ التَّعَلُّمَ وَظَنَّ أَنَّهُ قَدَ اسْتَغْنَي وَاكْتَفَي بِمَا عِنْدَهُ
فَهُوَ أَجْهَلُ مَا يَكُوْنُ.
Seseorang akan tetap dipandang alim selama terus belajar. Manakala ia meninggalkan belajar dan mengira bahwa dirinya telah kaya ilmu dan merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, maka iia adalah orang yang paling bodoh.
11.   Guru hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang, dengan memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu.
b.      Syarat guru kepada pelajaran (syarat-syarat paedagogis-didaktis)
1.      Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya guru bersuci dari hadats dan kotoran serta mengenakan pakaian yang layak dengan maksud mengagungkan ilmu dan syariah
2.      Ketika keluar dari rumah, hendaknya guru berdo’a agar tidak menyesatkan dan disesatkan, dan terus berzikir kepada Allah hingga sampai kemajlis pengajaran
3.      Hendaknya guru mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh semua murid
4.      Sebelum mulai mengajar, guru hendaknyya membaca sebagian dari al-Qur’an agar memperoleh berkah dalam mengajar, kemudian membaca basmalah
5.      Guru hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai dengan hirarki nilai kemuliaan dan kepentingannya
6.      Hendaknya guru mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras hingga membisimgkan ruangan, tidak pula terlalu rendah hingga tidak terdengar oleh siswa
7.      Hendaknya guru menjaga ketertiban majlis dengan mengarahkan pembahasan pada objek tertentu
8.      Guru hendaknya mmenegur murid-murid yang tidak menjaga sopan santun di dalam majlis, seperti menghina temannya, tertawa keras, tidur, berbicara dengan teman ketika guru mengajar, atau tidak menerima kebenaran
9.      Guru hendaknya bersikap bijak dalam melakukan pembahasan, menyampaikan pelajaran, dan menjawab pertanyaan. Apabila ia ditanya tentang sesuatu yang ia tidak ketahui, hendaklah ia mengatakan tidak tahu
10.  Terhadap murid baru, guru hhendaknya bersikap wajar dan menciptakan suasanayang membuatnya merasa telah menjadi bagian dari kesatuan teman-temannya
11.  Guru hendaknya setiap akhir kegiatan belajar-mengajar dengan kata-kata Wallahu A’lam (Allah Maha Tahu) yang menunjukan keikhlasan kepada Allah
12.  Guru hendaknya tidak mengasuh bidang studi yang tidak dikuasainya.[4]
C.     Sifat-Sifat Guru
Sifat adalah pelengkap syarat sehingga guru tersebut dikatakan memenuhi syarat maksimal. Menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah Al –Abrasyi, seorang pendidik islam harus memiliki sifat-sifat tertentu agar ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Adapun sifat-sifat itu ialah:
1.      Memiliki sifat zuhud, tidak mengutamakan materi, dan mengajar karena mencari keridaan Allah semata.
2.      Seorang guru harus bersih tubuhnya, jauh dari dosa besar, sifat ria’(mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan, dan lain-lain sifat yang tercela.
3.      Ikhlas dalam pekerjaan
4.      Seorang guru harus bersifat pemaaf terhadap muridnya. Dia sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati, banyak sabar dan jangan pemarah karena sebab-sebab yang kecil. Berkepribadi dan mempunyai harga diri.
5.      Seorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya kepada anak-anaknya sendiri, dan memikirkan keadaan mereka, seprti ia memikirkan anaknya sendiri.
6.      Seorang guru harus mempunyai tabi’at, pembawaan, adat kebiasaan, rasa dan pemikiran murid-muridnya agar ia tidak keliru dalam mendidik murid-muridnya.
7.      Seorang guru harus menguasai mata pelajaran yang di berikanya serta memperdalam pengetahuan tentang itu sehingga pelajaran itu tidak bersifat dangkal.
Imam Al-Ghazali menasehati kepada para guru islam agar memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Seorang guru harus menaruh rasa kasih sayang kepada murid-muridnya dan memperlakukan  kepada anaknya sendiri
2.      Tidak mengharapkan balas jasa ataupun mengharapkan ucapan terima kasih, tetapi dengan mengajar ia bermaksud mencari keridaan Allah dan mendekatkan diri kepadanya
3.      Hendaknya guru menasehati kepada pelajar-pelajarnya supaya jangan sibuk dengan ilmu yang abstrak dan yan gaib-gaib, sebelum selesai pelajarannya, atau telah jelas dan konkret pengertiannya dalam ilmu yang sudah diajarkan atau telah dipelajarinya, terutama ilmu yang pokok-pokok.
4.      Mencegah murid dari akhlak yang tidak baik dengan jalan menyindirnya jika mungkin, dan jangan secara terus terang, tetapi dengan jalan halus dan jangan pula mencela.
5.      Supaya diperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara dengan mereka menurut kadar akalnya. Jangan disampaikan sesuatu yang melebihi tingkat penangkapannya agar ia tidak lari dari pelajaran. Ringkasnya, bicaralah dengan bahasa mereka.
6.      Jangan menimbulkan rasa benci pada murid terhadap suatu cabang ilmu, tetapi sayogianya dibukakan jalan bagi mereka untuk belajar cabang ilmu tersebut.
7.      Seyogianya kepada murid yang masih di bawah umur diberikan pelajaran yang jelas dan sesuai buat mereka. Tidak perlu disebutkan kepada anak-anak didik tetang rahasia-rahasia yang terkandung di belakang sesuatu itu, sehingga tidak mengendorkan kemauannya atau gelisah pikiranya.
8.      Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan perbuatanya. 
Abdurrahman An-Nahlawi menyarankan, agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik hendaknya guru memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1.      Tingkah laku dan pola pikir harus rabbani
2.      Guru adalah orang yang ikhlas
3.      Guru bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada anak-anak.
4.      Guru jujur
5.      Guru senantiasa membekali diri dengan ilmu dan kesediaan membiasakan untuk terus mengkajinya
6.      Guru mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi menguasainya dengan baik serta mampu menentukan dan memilih metode mengajar yang selaras bagi materi pengajaran serta situasi belajar mengajarnya
7.      Guru mampu mengelola siswa
8.      Guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar selaras dengan masa perkembangannya ketika iia mengjar  mereka, sehingga dia dapat memperlakukan mereka sesuai dengan kemampuan akal dan kesiapan psikis mereka
9.      Guru tanggap
10.  Guru bersikap adil[5]
D.    Tujuan dan Kepribadian Pendidik
Pendidikan ialah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Jadi disini bahwa tujuan umum dari pendidikan ialah membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Anak harus didik menjadi orang yang sanggup mengenal dan berbuat menurut kesusilaan.
Tujuan Pendidikan berhubungan erat dengan tujuan dan pandangan hidup si pendidik sendiri. Nyatalah, bahwa untuk mendidik itu diperlukan suatu syarat yang mutlak. Si pendidik sendiri harus telah memiliki (mempersatukan diri dengan) norma-norma yang tertentu sehingga ia dapat disebut orang yang berkepribadian. Kata-kata yang terkenal dalam paedagogik “Pendidik tidak dapat memberikan sesuatu kepada anak didiknya, kecuali hanya apa yang ada padanya”. Seorang ayah yang ateis, umpamanya, tidak mungkin mendidik anaknya agar berbakti dan taat kepada perintah-perintah Tuhan. Seorang guru yang miskin perasaan sosialnya, tidak akan mampu memasukkan perasaan sosial yang sebenarnya kepada anak didiknya. Seorang ibu yang berperasaan lemah lembut dan kasih sayang, tentu akan lebih mudah mendidik anak-anaknya menjadi orang yang berperasaan halus dan cinta sesama manusia dari pada seorang ibu yang kasar dan keras tingkah lakunya dan sebagainya. [6]


























BAB III
PENUTUP
Simpulan
            Kepribadian merupakan kepribadian sesorang atau juga pekerti atau perangai. Kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih, memutuskan dan berbuat serta bertanggung jawab berdasarkan nilai-nilai Islam.
            Syarat-syarat guru
1.      Kepada diri sendiri
2.      Kepada pelajaran (paedagogik dan didaktis)
Sifat-sifat guru
1.      Menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah Al-Abrasyi
2.      Menurut Imam Al-Ghazali
3.      Menurut Abdurraman An-Nahrawi
Tujuan dan kepribadian pendidik
            Tujuan Pendidikan berhubungan erat dengan tujuan dan pandangan hidup si pendidik sendiri. Nyatalah, bahwa untuk mendidik itu diperlukan suatu syarat yang mutlak. Si pendidik sendiri harus telah memiliki (mempersatukan diri dengan) norma-norma yang tertentu sehingga ia dapat disebut orang yang berkepribadian. Kata-kata yang terkenal dalam paedagogik “Pendidik tidak dapat memberikan sesuatu kepada anak didiknya, kecuali hanya apa yang ada padanya”.










DAFTAR PUSTAKA

Sudiyono, M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009

Daradjat, Zakiah. Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005

Noer Aly, Hery. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2005

Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja           Rosdakarya

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991



[1] . syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta, Rineka Cipta,
2005, hal. 39-42
[2] . Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Jakarta, Bulan Bintang, 2005, hal. 14
[3] . Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya      1991, hal. 82
[4] . Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 99-102
[5] .M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Rinika Cipta, 2009, hal. 128-133
[6] .M. Ngalim,Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 19-20

No comments:

Post a Comment